Yunus, Caleg PU, Fenomena Pencabulan Terhadap Anak Didik Sangat Mengkhawatirkan

Bogor, JurnalUtara.com – Berulangnya kembali kasus pencabulan oleh guru terhadap siswi SD yang notabene masih anak-anak, menarik perhatian beberapa tokoh masyarakat Bogor. Yunus, calon anggota DPRD Kabupaten Bogor dari Partai Ummat nomer urut 1 untuk daerah pemilihan satu, menyampaikan keprihatinannya kepada Jurnal Utara, Kamis sore ini (1/2/2024).
Harus Dicegah Sebelum Mewabah
Menurut Yunus, kasus pencabulan oleh guru terhadap siswa-siswi yang masih anak-anak merupakan fenomena yang sangat mengkhawatirkan dan memerlukan pemahaman mendalam dari segi psikologi. Hal ini memerlukan perhatian serius dari dinas pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Bogor.
“Berulangnya kasus seperti ini, seharusnya sudah menjadi peringatan bagi dinas kependidikan dan kebudayaan kita. Tidak lagi boleh dianggap sepele. Kita khawatir ini menjadi patologi sosial yang menular di masyarakat kita,” ujar Yunus, caleg Partai Ummat yang sangat peduli akan pendidikan anak.
Menurut Yunus, penting bagi dunia pendidikan untuk terus mendalami, memahami dan mengatasi masalah ini secara serius. Pendidikan, pelatihan, dan dukungan serta bimbingan psikologis bagi para guru dan siswa dapat membantu mencegah kasus-kasus semacam ini dan melindungi anak-anak dari bahaya yang serius.

Baca juga: Miris Sekali Lagi-lagi Siswi SD di Bogor Dicabuli Gurunya
Tinjauan Psikologis Perilaku Pelaku
Kajian literatur yang dilakukan Jurnal Utara terkait perilaku guru yang melakukan pencabulan pada siswa/siswinya, menemukan 4 (empat) aspek yang relevan terkait kejiwaan pelaku. Ke-empatnya adalah:
- Gangguan Psikoseksual:
- Pelaku mungkin mengalami gangguan psikoseksual, di mana dorongan seksualnya tidak terkendali dan menyimpang.
- Faktor-faktor seperti gangguan kejiwaan, trauma masa lalu, atau ketidakstabilan emosi dapat mempengaruhi perilaku ini.
- Kekuasaan dan Kontrol:
- Beberapa pelaku mungkin menggunakan kekuasaan dan otoritas mereka sebagai guru untuk memanipulasi dan mengendalikan korban.
- Perasaan superioritas dan keinginan untuk menguasai orang lain dapat menjadi faktor pendorong.
- Kurangnya kesadaran moral dan empati:
- Pelaku mungkin memiliki kurangnya kesadaran moral dan empati terhadap korban tentang dampak buruk dari tindakan mereka.
- Mereka mungkin tidak memahami dampak jangka panjang dari tindakan mereka terhadap anak-anak.
- Mereka mungkin merasa bahwa mereka berhak melakukan apa pun demi kepuasan pribadi.
- Ketidakstabilan emosi dan ketidakmampuan mengendalikan impuls:
- Pelaku yang mengalami ketidakstabilan emosi mungkin lebih rentan melakukan tindakan yang merugikan orang lain.
- Stres (tekanan hidup), atau masalah pribadi dapat mempengaruhi perilaku mereka.
- Beberapa pelaku mungkin tidak mampu mengendalikan dorongan seksual mereka.
- Ketidakmampuan ini dapat disebabkan oleh faktor biologis, lingkungan, atau psikologis.
Pingback: Miris Sekali Lagi-lagi Siswi SD di Bogor Dicabuli Gurunya – Jurnal Utara