Aliansi Jakarta Utara Menggugat: Datang Untuk Ngopi, Bertahan Demi Perjuangan
Jakarta Utara, JurnalUtara.com – Sabtu minggu lalu (6/4/2024) ba’da tarawih, Sandi Suryadinata, pimpinan umum Jurnal Utara berada di puncak keresahannya. Pasca membaca berita tentang kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sebuah truk bermuatan kontainer dan sebuah sepeda motor. Kali ini korbannya seorang wanita, tewas terlindas truk.
Setiap kecelakaan lalu lintas di Jakarta Utara yang menewaskan korban oleh truk kontainer selalu menimbulkan sentimen tersendiri pada diri Sandi. Bukan satu-dua teman dekatnya yang tewas akibat kecelakaan yang serupa. Terakhir adalah Mohammad Rivani sahabatnya yang juga wakil ketua Dewan Kota Jakarta Utara.
Baca juga : Innalillahi wainna Ilaihi Rojiun, Wakil Ketua Dewan Kota Jakarta Utara Wafat Dalam Kecelakaan Dini Hari
Datang Untuk Ngopi
Sandi butuh ngopi dan, tentu saja, teman ngobrol. Maka dihubungilah sahabatnya, Yusron Jainuri, yang kemudian bersepakat ngopi di workshop sahabat lainnya, Hanung, di seputar Walang. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Jauh melampaui jam kantor, sebagian besar warga bahkan sudah lelap tertidur. Tetapi bagi mereka yang biasa kumpul disana, kehidupan justru baru dimulai.
Satu per satu aktivis Jakarta Utara dari berbagai elemen datang berkumpul. Ada Apek Saiman (KOMJU), Hanung (tuan rumah), Cak Rohim (budayawan), dan beberapa lainnya termasuk Sandi dan Yusron. Gelas demi gelas kopi pun disajikan. Para aktivis ini adalah bagian dari Aliansi Jakarta Utara Menggugat (Aliansi JUM).
Aliansi JUM adalah sebuah gerakan civil society yang terdiri dari kelompok-kelompok, lembaga, dan organisasi masyarakat yang konsisten dan berkomitmen melakukan advokasi dalam memperjuangkan kepentingan warga dan masyarakat serta berpartisipasi dan ikut berkontribusi dalam pembuatan kebijakan publik.
Diskusi mengalir begitu alami dan demokratis. Walaupun kadang meluas bahkan berpindah tema, namun kepedulian utamanya begitu nyata, yakni bagaimana mencari solusi permanen bagi kemacetan dan resiko kecelakaan lalu-lintas di Jakarta Utara sebagai dampak dari aktivitas pelabuhan Tanjung Priok.
Sejak Tahun 2018
Gerakan sosial (social movement) Aliansi JUM dalam memperjuangkan hak dasar warga atas kota Jakarta Utara yang layak huni dimulai pada tahun 2018. Menurut Apek Saiman, sebuah kota disebut layak huni apabila warganya terbebas dari ancaman keselamatan jiwa, termasuk ketika menggunakan jalan raya, ancaman kesehatan (termasuk dari polusi udara dan suara), serta beban biaya hidup tambahan yang tidak diinginkan, termasuk dari kemacetan lalu lintas.
Untuk itu, Aliansi JUM kerap membuka ruang bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) kota untuk duduk satu meja untuk mendiskusikan dan mencari jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi warga Jakarta Utara. Aliansi JUM juga telah melakukan inventarisasi masalah dan mengusulkan solusi kepada pihak terkait.
Dalam tahun 2021 beberapa kali terjadi pertemuan Aliansi JUM dengan berbagai stakeholder antara lain pihak Kawasan Berikat Nusantara yang langsung di wakili oleh Direktur Operasional dan Walikota Jakarta Utara, Ali Maulana Hakim, serta sempat juga pihak bea cukai ikut duduk bersama memecahkan solusi terhadap keresahan warga Jakut, hanya pihak PT. Pelindo yang tidak pernah hadir dalam pertemuan pertemuan tersebut.
Aliansi JUM sudah berulang kali menyarankan kepada pihak Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Utara agar mengikutsertakan PT Pelabuhan Indonesia (PT Pelindo) untuk terlibat aktif dalam penyelesaian masalah yang telah menjadi tuntutan masyarakat. Aliansi JUM berpendapat bahwa aktivitas layanan PT Pelindo adalah penyumbang terbesar tujuan dan asal (cause and stem) aktivitas lalu-lintas yang telah memberikan dampak yang merugikan bagi masyarakat Jakarta Utara.
Walaupun aksi utama perjuangan Aliansi JUM adalah membuka ruang diskusi, namun aksi demontrasi protes juga telah beberapa kali diselenggarakan. Terakhir dan tengah berlangsung adalah melakukan upaya somasi sebelum menempuh jalur hukum kepada pihak PT. Pelindo dan Pemprov Daerah Khusus Jakarta.
Bertahan Demi Perjuangan
Dalam perjalanan sebuah gerakan sosial, sejak tahun 2018 hingga saat ini, Aliansi JUM telah mengalami pasang surut. Kepesertaan gerakan juga mengalami fenomena “keluar atau bertahan.” Ada aktivis yang tidak lagi berpartisipasi dalam Aliansi JUM tetapi banyak juga yang bertahan.
Menurut Sandi Suryadinata, pimpinan umum Jurnal Utara, dalam sebuah gerakan sosial protes adalah wajar beberapa individu melakukan pelepasan, ada juga yang sementara tidak aktif, serta beberapa yang lainnya terus bertahan. Menurutnya secara teoritis itu yang disebut sebagai siklus protes.
“Menurut Tarrow, siklus protes itu memobilisasi yang terorganisir, tetapi juga mengorganisir yang didemobilisasi,” jelas Sandi.
Sandi menjelaskan bahwa fenomena individu yang ‘masuk, bertahan, atau keluar’ adalah konsekuensi psikologis yang alami dari sebuah aksi kolektif. Melalui pengalaman kelompok yang positif atau negatif, individu aktivis memutuskan untuk bertahan atau meninggalkan gerakan seiring berjalannya waktu.
Tapi diskusi malam minggu di ujung Ramadhan lebih bernuansa ‘bertahan’. Diskusi pun terus mengalir, konsensus terbangun, target menjadi semakin kongkrit. Hubungan emosional antar peserta diskusi malam itu semakin erat dan bentuk aksi untuk mengekpresikan perjuangan dan pembelaan kepentingan masyarakat Jakarta Utara telah mengukuhkan komitmen jangka panjang.
“Kita pasti menang. Dan kita tidak akan berhenti sebelum menang,” tandas Apek Saiman pada pukul 02.00 Minggu dini hari.