Aktivis Perempuan Iran Dipenjara Malah Dapat Hadiah Nobel
Norwegia, JurnalUtara.com – Aktivis perempuan Iran yang dipenjara, Narges Mohammadi, memenangkan Hadiah Perdamaian Nobel Tahun 2023. Hal ini disampaikan oleh Norwegian Nobel Committee, melalui pers rilis resminya , Press release. NobelPrize.org. Nobel Prize Outreach AB 2023, pagi ini Sabtu (7/10/2023). Komite Nobel Norwegia menghadiahkan Nobel kepada Narges atas perjuangannya melawan penindasan terhadap perempuan di Iran dan perjuangannya untuk mempromosikan hak asasi manusia dan kebebasan bagi semua.
“Perjuangannya yang berani menimbulkan kerugian pribadi yang sangat besar. Secara keseluruhan, rezim telah menangkapnya sebanyak 13 kali, menghukumnya sebanyak lima kali, dan menjatuhkan hukuman total 31 tahun penjara dan 154 kali cambukan. Ms Mohammadi masih di penjara saat saya berbicara,” jelas Komite sebagaimana di kutip dari rilisnya tersebut <https://www.nobelprize.org/prizes/peace/2023/press-release/>.
Baca juga: Iran Tuding Komite Nobel Melakukan Intervensi dan Anti Iran
Pada September 2022, seorang wanita muda Kurdi, Mahsa Jina Amini, terbunuh saat berada dalam tahanan polisi moral Iran. Pembunuhannya memicu demonstrasi politik terbesar melawan rezim teokratis Iran sejak rezim tersebut berkuasa pada tahun 1979. Di bawah slogan “Zan – Zendegi – Azadi” atau “Perempuan – Kehidupan – Kebebasan”, ratusan ribu warga Iran mengambil bagian dalam protes damai.
Namun protes damai melawan kebrutalan dan penindasan pihak berwenang terhadap perempuan ditindak keras oleh rezim. Lebih dari 500 demonstran terbunuh. Ribuan orang terluka, termasuk banyak orang yang menjadi buta akibat peluru karet yang ditembakkan polisi. Setidaknya 20.000 orang ditangkap dan ditahan rezim.
Narges Mohammadi lahir di Zanjan, Iran, 21 April 1972 (tanggal lahir yang sama dengan R.A. Kartini), adalah wanita Iran kedua yang memperoleh Hadiah Perdamaian Nobel setelah Shirin Ebadi, yang memenangkan di tahun 2003. Shirin Ebadi juga merupakan wanita pertama yang memenangkan hadiah ini. Sementara Narges Mohammadi adalah wanita ke 19, sementara sebelumnya adalah Maria Ressa dari Philipina yang berbagi hadiah dengan Dmitry Muratov dari Rusia di tahun 2021.
Suami Narges Mohammadi, Taghi Rahmani, bertepuk tangan saat menyaksikan pengumuman tersebut di TV di rumahnya di Paris.
“Hadiah Nobel ini akan menguatkan perjuangan Narges untuk hak asasi manusia, namun yang lebih penting, ini sebenarnya merupakan hadiah bagi gerakan ‘perempuan, kehidupan dan kebebasan’,” kata Taghi Rahmani kepada Reuters, dikutip dari berita Reuter (https://www.reuters.com/world/jailed-iranian-activist-narges-mohammadi-wins-2023-nobel-peace-prize-2023-10-06/).
Dengan menganugerahkan Hadiah Nobel Perdamaian kepada Narges, Komite Nobel Norwegia ingin menghormati perjuangannya yang berani demi hak asasi manusia, kebebasan, dan demokrasi di Iran. Penghargaan Perdamaian tahun ini juga memberikan penghargaan kepada ratusan ribu orang yang, pada tahun sebelumnya, telah melakukan demonstrasi menentang kebijakan diskriminasi dan penindasan yang menargetkan perempuan oleh rezim teokratis.
Hanya dengan merangkul persamaan hak bagi semua orang, dunia dapat mencapai persaudaraan antar bangsa seperti yang ingin dipromosikan oleh Alfred Nobel. Penghargaan kepada Narges Mohammadi mengikuti tradisi panjang di mana Komite Nobel Norwegia menganugerahkan Hadiah Perdamaian kepada mereka yang berupaya memajukan keadilan sosial, hak asasi manusia, dan demokrasi. Ini adalah prasyarat penting bagi perdamaian abadi.
Pingback: Iran Tuding Komite Nobel Melakukan Intervensi dan Anti Iran – Jurnal Utara