Gerakan Perubahan Indonesia Adalah Gerakan Rakyat Melawan Elite Pro Status Quo

Oleh: Sandi Suryadinata
Aktivis Muhammadiyah, dosen STIE Tamansiswa, jurnalis, pengamat sosial politik,
Ada fenomena menarik yang belakangan ini menarik perhatian saya di tengah gemuruh manuver para elite politik, dan elite ekonomi mendorong pasangan jagoannya, yakni munculnya gerakan rakyat dimana-mana. Di berbagai daerah, dan berbagai tingkatan dari kota/kabupaten hingga desa/kelurahan, muncul gerakan-gerakan rakyat untuk perubahan.
Di rumah-rumah, di grup-grup whatsapp, dan di berbagai majelis taklim muncul kelompok-kelompok yang walaupun sederhana namun secara konsisten terus bergerak dan terus berkembang dengan satu fokus dan tujuan yakni mewujudkan perubahan dengan mengambilalih dominasi kekuasaan dari elit ekonomi (para oligarki) dan mengembalikannya ke tangan pemegang kekuasaan yang sah yaitu Rakyat Indonesia.
Gerakan rakyat adalah gerakan politik rakyat, yakni gerakan atau upaya kolektif rakyat Indonesia semesta, pemegang kedaulatan yang sesungguhnya, untuk mengubah arah kebijakan negara dan nilai-nilai sosial masyarakat yang telah dirusak oleh rezim yang berkuasa.
Sebelum melanjut lebih jauh, pertama, penting untuk dicatat bahwa sikap kritis masyarakat terhadap politik merupakan tanda kematangan demokrasi dan bukan pertanda kehancurannya. Fakta bahwa setiap orang dianggap kompeten untuk menilai anggota dewan perwakilannya, partai-partai politiknya, presidennya, gubernurnya, sampai ke kepala desanya terutama ketika mereka sedang harus membuat keputusan yang sangat rumit tentang kemana arah negara ini dan siapa yang akan mereka pilih untuk menahkodai, serta siapa-siapa yang akan mereka pilih untuk mengawasi sang nahkoda.
Kedua, penting bagi semua aktivis pro demokrasi untuk membersihkan ruang publik dari isu-isu, prioritas atau agenda, yang memang sengaja dimunculkan sedemikian rupa sehingga isu-isu strategis yang seharusnya malah tidak lagi menjadi isu yang paling penting untuk dibicarakan. Justru isu-isu lainnya yang tidak strategis dalam hal penyelenggaraan negara menjadi pusat perdebatan publik atau prioritas pemerintah. Hal inilah yang terjadi dengan melemahnya isu-isu sosial-politik.
Misalnya baru-baru ini, adanya paslon yang menolak dan tidak berani tampil dalam debat di kampus Universitas Muhammadiyah yang terkenal sebagai komunitas cendekiawan muslim terbesar di negeri ini, malah tenggelam oleh isu jogad-jogednya yang tidak lagi lucu. Atau drama pertikaian Jokowi dan anak-anaknya dengan PDIP diekspose habis-habis oleh media mengesampingkan pembahasan tentang amanat pembukaan UUD 1945 kepada pemerintahan RI.
Kegagalan Elit dan Kemuakan Rakyat
Selama ini politik diasumsikan hanya dilakukan pelaku yang dianggap mempunyai legitimasi untuk terlibat dalam politik. Politik hanya dilakukan oleh segelintir elit bersama keluarga dan teman-temannya dan bukan oleh orang lain. Oleh kelas sosial tertentu (oligarki) dan tidak oleh semua orang (revolusi demokratis). Oleh elit penguasa negara dan bukan oleh masyarakat sipil. Politik dan turunannya, seperti ekonomi dan hukum, adalah milik, oleh dan untuk elit, bukan rakyat semesta.
Namun karena – seperti yang terjadi saat ini – waktu semakin cepat dan ruang semakin terbuka, karena teknologi tertentu (dari komunikasi yang dimungkinkan oleh jaringan sosial atau instrumen keuangan) mengubah aturan mainnya. Dengan cara ini, pemerintahan, isu-isu publik, kedaulatan dan pembatasan menjadi sangat berbeda dari apa yang kita pahami (atau dipropagandakan) sebelumnya dan, bahkan lebih khusus lagi, berbeda dari apa yang dimungkinkan oleh serangkaian realitas ini untuk kita lakukan.
Rakyat melihat langsung betapa hukum telah menjadi permainan kekuasaan dan ekonomi. Rakyat juga menilai bahwa para politisi telah melanggar sumpahnya untuk mewakili kepentingan rakyat. Mereka korup, mereka khianat, atau yang paling bagus adalah mereka tidak mampu. Dan bahkan yang paling menyakitkan saat ini adalah begitu banyaknya media dan intelektual yang telah melacurkan diri dan menjadi tidak jujur.
Fakta bahwa para elit gagal dalam banyak hal yang diharapkan rakyat sudah jelas terlihat sehingga tidak ada gunanya menghabiskan banyak waktu untuk hal tersebut. Sekarang adalah saat menghapus itu semua.
Sekarang rakyat sudah bergerak. Rakyat bergerak karena dimotivasi oleh rasa ketidakpuasan terhadap penguasa yang ada saat ini, dan keinginan untuk melawan struktur kekuasaan dan elit yang ada. Gerakan rakyat yang selama ini hanya mengambil bentuk protes dan petisi, kini mulai memasuki tahap pendewasaan melalui diskusi-diskusi di kampus-kampus dan kampung-kampung, di rumah-rumah dan memeran-sertakan seluruh orang lalu bergerak secara kolektif.
Kebangkitan Gerakan Rakyat ini muncul akibat beberapa faktor, antara lain:
- Meningkatnya kesadaran rakyat dan mobilisasi opini publik tentang isu-isu penting yang mempengaruhi masyarakat, seperti korupsi oleh para elite, pelanggaran hak asasi manusia, perampasan tanah milik rakyat, ke-tidakadil-an sosial, perusakan alam dan lingkungan, yang semuanya itu telah merampas masa depan rakyat.
- Rakyat terdorong untuk bergerak menantang struktur kekuasaan dan elit yang ada, dan menuntut perubahan tata kelola negara menjadi lebih akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan. Rakyat sudah muak dengan drama kekuasaan yang dipertontonkan begitu jorok dan kebohongan yang begitu vulgar.Tumbuhnya rasa solidaritas, identitas, dan rasa saling memiliki di antara rakyat kelas bawah, dan memperkuat masyarakat sipil dan budaya demokratis
- Rakyat telah melihat visi dan solusi alternatif untuk kebaikan bersama, dan menginspirasi perubahan sosial dan kemakmuran yang berkeadilan, yang ditawarkan oleh pasangan capres-cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.
- Munculnya tekad dan keberanian rakyat menghadapi dan melawan represi (tekanan) dari aparat yang tidak netral, dan menyadari bahwa selama ini rakyat telah dihambat kedaulatannya melalui tekanan dan intimidasi.
Gerakan rakyat memiliki beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan gerakan partai politik atau gerakan elit. Beberapa keunggulan gerakan rakyat (GR) antara lain;
- GR memungkinkan orang kebanyakan untuk mengorganisir diri menjadi kekuatan politik yang besar.
- GR membantu orang umum/awam untuk menugembangkan jaringan pribadi dan profesional.
- GR membantu mempercepat proses pertumbuhan kekuatan ketika mereka beroperasi dengan benar.
- GR dapat menghemat biaya dan membatasi pengaruh politik uang (money politic) pada saat pemilihan umum.
- GR mampu memastikan informasi yang benar didistribusikan kepada semua orang sekaligus mencegah hoaks yang diproduksi elit.
- GR membuat semua orang bicara dengan setara, karenanya akan menimbulkan keseimbangan di tengah masyarakat.
Tantangan dan Strategi Gerakan Rakyat
GR harus mampu beradaptasi dengan perubahan kondisi dan dinamika politik, dan menangani isu-isu yang kompleks –sering kali membingungkan bagi masyarakat awam– dan saling terkait yang memerlukan tanggapan terkoordinasi dan multilateral. Oleh karena itu, perlu adanya koordinasi berjenjang dengan mekanisme komunikasi yang terbuka.
GR harus menyeimbangkan penggunaan teknologi baru dan media sosial, yang dapat memfasilitasi komunikasi dan mobilisasi, tetapi juga menimbulkan risiko pengawasan, penyensoran, dan misinformasi. Oleh karena itu harus dibuat grup Facebook dan grup WA GR tiap keluarahan untuk membangun jaringan sosial di tingkat desa/kelurahan. Selain itu, membunyikan kentongan 57 setiap waktu tertentu juga bisa membangkitkan semangat.
GR harus mampu mengatasi kemunduran atau pelemahan –yang umum terjadi pada organisasi relawan tradisional– dan dominasi pemain tunggal (individualisme), yang dapat mempengaruhi kapasitas dan daya tahan aksi kolektif dan gerakan sosial. Oleh karena itu penting sekali untuk selalu ditekankan bahwa gerakan rakyat adalah gerakan kolektif dari akar rumput dan desa/kelurahan adalah episentrum gerakan. GR adalah gerakan rakyat arus bawah.
GR harus menavigasi harapan dan tuntutan publik yang beragam dan seringkali kontradiktif, dan tantangan representasi dan inklusi suara dan perspektif yang berbeda. Oleh karena itu, format gerakan rakyat adalah diskusi dan silaturrahmi serta di fokuskan kepada upaya-upaya memenangkan tuntutan perubahan melalui jalur konstitusional, yakni Pilpres 2024, dengan memenangkan paslon pro perubahan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Fokus gerakan rakyat tidak boleh terdistraksi (teralihkan) oleh kepentingan caleg atau partai politik.
Anies Baswedan dan Gerakan Rakyat Untuk Perubahan
Salah satu contoh gerakan politik rakyat yang sukses adalah gerakan anti-apartheid di Afrika Selatan. Gerakan anti-apartheid adalah kampanye yang menentang sistem segregasi rasial dan diskriminasi yang diberlakukan oleh pemerintah minoritas kulit putih di Afrika Selatan dari tahun 1948 hingga 1994.
Pemerintahan apartheid telah meletakan minoritas kulit putih sebagai penguasa absolut politik, Hukum dan ekonomi. Dan meletakan rakyat pribumi sebagai kasta terendah.
Gerakan anti-apartheid mencapai tujuan utamanya untuk mengakhiri sistem apartheid dan membuka jalan bagi pemilihan demokratis pertama di Afrika Selatan pada tahun 1994, yang menghasilkan kemenangan ANC dan pemilihan Nelson Mandela sebagai presiden kulit hitam pertama Afrika Selatan. Gerakan ini secara luas dianggap sebagai salah satu gerakan politik orang yang paling sukses dan berpengaruh dalam sejarah, dan sumber inspirasi dan harapan untuk perjuangan lain untuk kebebasan dan keadilan di seluruh dunia.
Apakah Gerakan Rakyat Untuk Perubahan ini akan berhasil menumbangkan dominasi minoritas elit, para oligarki dan para Taipan, dan mengembalikan kedaulatan ketangan rakyat Indonesia? Apakah Gerakan Rakyat Untuk Perubahan akan berhasil menjadikan Anies Baswedan sebagai presiden petugas rakyat pertama di era Reformasi ini? 90 hari lagi seluruh dunia akan membuat catatan baru tentang gerakan politik rakyat yang paling sukses.