Bamus Suku Betawi 1982 Lakukan Penelusuran Budaya Dan Sejarah Betawi Di Jakarta Utara
Jakarta, Jurnalutara.com – Budaya Betawi sebagai identitas khas masyarakat Jakarta memiliki sejarah panjang yang kaya akan akulturasi berbagai etnis dan budaya. Bamus Suku Betawi 1982 dalam hal ini Ketua Bidang Seni dan Budaya Dr. Syaiful Amri, M.M. dan Ketua Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan Masdar Mundari didampingi Ketua Bidang Politik Hubungan Antar Lembaga M. Ichwan Ridwan yang juga Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Bamus Suku Betawi 1982 Kota Jakarta Utara berkunjung ke Pesantren Assolihin Al-Abror Pimpinan KH.Muhlis Fadil di Rorotan Cilincung Minggu 13/07/2025.

BAMUS SUKU BETAWI 1982 berkomitmen untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya ini agar tetap lestari di tengah arus modernisasi. Penelusuran budaya Betawi tentang Kuliner Burung Kedondong dan Sayur Lompong kuliner khas Betawi Jakarta Utara yang sudah sangat langka. Menurut KH.Muhlis Fadil Pimpinan Pesantren Assolihin Al-Abror rencananya ingin membangun Pondok Budaya di Jakarta Utara yang diharapkan mampu menjaga dan melestarikan Budaya terutama budaya Betawi yang semakin terkikis oleh modernisasi dan perkembangan jaman. Banyak tradisi masyarakat yang semakin punah, misalnya pengajian ala masyarakat Betawi seperti menderes (baca Qur’an), membudayakan asrokol, maulid, hikayat dan lain sebagainya. Selain melestarikan tradisi adat religi budaya Betawi yang kental dengan nuansa spiritual nantinya pondok ini juga ingin melestarikan ekologi endemik Betawi yaitu menenam pohon-pohon endemik Betawi yang sudah langka di temui saat ini sehingga keselestaruan dan keseimbangan alam juga dapat terjaga.
Selain itu tim menlanjutkan telusur sejarah Betawi tentang Si Pitung dan Pangeran Jayakarta atau Fatahillah 500 tahun silam ini kearah timur Jakarta yang merupakan upaya kami untuk memperkenalkan dan memperdalam pemahaman masyarakat tentang kekayaan budaya Betawi, Kami berharap program ini dapat menjadi wadah bagi generasi muda untuk lebih mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri, serta mendorong apresiasi yang lebih luas terhadap keberagaman budaya Indonesia.
Bicara soal bagaimana sejarah kebudayaan Betawi, maka dimulai pada sekitar tahun 1740. Orang-orang China yang merantau di kota Batavia melakukan pemberontakan kepada pemerintah Hindia-Belanda. Pemberontak yang telah ditumpas oleh kompeni tidak lagi diperbolehkan tinggal di dalam tembok kota. Percampuran penduduk dan budaya pun berlanjut yang kemudian memunculkan etintas budaya baru di Betawi dengan adanya akulturasi kesenian seperti Gambang Kromong, Tanjidor, Gambus , Hadroh dan Keroncong.