CSIS Media Briefing: Tidak Bisa Semua Pertanyaan Jawabannya Hilirisasi
Jakarta, JurnalUtara.com – Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia mengadakan media briefing, menanggapi wacana debat keempat capres-cawapres yang terselenggara semalam, Minggu (22/1/2024). Media briefing sendiri ditayangkan Live, di akun YouTube CSIS Indonesia pagi tadi, Senin (22/1/2024).
Acara Live streaming ini menghadirkan pembicara yang semuanya dari CSIS yakni; Deni Friawan, Peneliti Senior Departemen Ekonomi, Dandy Rafirandi, Peneliti Departemen Ekonomi, D. Nicky Fahrizal, Peneliti Departemen Politik dan Perubahan Sosial, dan Via Azlia Widiyadi, Research Associate, Climate Research Unit.
Menurut Dandy Rafirandi atau Dandy, media briefing ini dimaksudkan untuk menyampaikan beberapa catatan dan tanggapan CSIS terhadap dinamika yang berkembang di Acara Debat semalam. Menurutnya, acara debat kemarin berlangsung menarik dan dinamis dan konteksnya cukup baik walaupun cukup luas. Peserta dinilai lebih siap dibandingkan debat cawapres sebelumnya.
“Kalau kita bandingkan dengan debat cawapres sebelumnya, menurut saya juga, ketiga cawapres itu terlihat lebih siap dengan jawaban-jawaban yang lebih substantif,” nilai Dandy sebagai pembicara pembuka.
Menurutnya, yang menarik menjadi catatan adalah sudah semakin terlihat faktor pembeda antar cawapres. Saat ini sudah bisa dilihat perbedaan program 01, 02, dan 03.
Tingkat Pengembangan Energi Baru Terbarukan Masih Rendah
Sementara itu Via Azlia Widiyadi atau Via menyoroti pernyataan Cawapres 02, Gibran Rakabuming Raka, yang mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang sangat tinggi. Menurutnya memang Indonesia kaya akan sumber daya alam dan memiliki potensi EBT yang sangat tinggi, namun kenyataannya utilisasi EBT saat ini sangat rendah masih 0,3%
“Namun kenyataannya pada saat ini utilisasi EBT untuk di Indonesia ini masih sangat rendah masih jauh dari kata tinggi, itu masih 0,3% berdasarkan data dari kementerian ESDM tahun 2024 kemarin,” kata Via.
Menurut Via, di Indonesia EBT masih kalah bersaing dengan energi berbahan bakar fosil yakni batu bara. Hal tersebut disebabkan masih masifnya pembangkit listrik tenaga batu bara. Via juga mempertanyakan jawaban Gibran terkait transisi energy berbasis nabati yang menurut Gibran penerapannya adalah biodiesel atau BD 35 dan BD 40 sebagai greenenergy. Karena menurut Via transisi ke biodiesel masih menyisahkan ancaman externalitas masalah lingkungan terkait sumber biodiesel berupa minyak sawit.
“Jangan sampai apabila pemerintah fokus disini, hal ini bisa menyebabkan terjadinya eksploitasi ijin sawit dan deforestasi kedepannya. Dan memungkinkan hanya akan memindahkan emisi dari sektor energi ke sektor menjadi sektor folu, forestry and other land use di Indonesia,” tandasnya.
Tidak Bisa Semua Pertanyaan Jawabannya Hilirisasi
Deni Friawan memberikan catatan sepakat jika Indonesia disebut memliki sumber daya alam yang memadai. Namun menurutnya, tak semua harus dilakukan dengan hilirisasi. Tidak bisa lantas kekayaan alam yang melimpah itu bisa dilakukan dengan hilirisasi Atau memperluas hilirisasi ini kepada seluruh komoditas sumber daya alam yang kita miliki seperti diutarakan Gibran.
“Kami sepakat bahwa memang benar apa yang disampaikan oleh semua cawapres bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti batubara, sawit, tembaga, nikel, dan lain-lain. Namun yang perlu diperhatikandan perlu diketahui adalah hal itu tidak berarti bahwa kita bisa melakukan hilirisasi atau memperluas hilirisasi ini kepada seluruh komoditas sumber daya alam yang kita miliki,” catat Deni pada gilirannya.
Menanggapi Gibran Rakabuming Raka, yang kerap menjawab pertanyaan dengan hilirisasi dalam debat keempat Pilpres 2024 kemarin, Deni mengatakan hal itu bukan sesuatu yang gampang.
“Karena tidak semua masalah itu jawabannya hilirisasi, itu bukan Teh Sosro yang apa pun makanannya, minumnya Teh Sosro,” ucap dia.
Dia menjelaskan, yang perlu perlu diingat bahwa memiliki sumber daya alam itu satu hal, sementara hilirisasi sumber daya alam atau industrialisasi dari sumber daya alam merupakan hal lain. Menurut dia, Indonesia memiliki banyak sumber daya alam. Namun tak berarti bisa menghasilkan keuntungan dari mengolah produk hilir SDA itu.