Abdul Rasyid Dari Demokrat Buat Medan Hebat
PemilihanLegislatif tinggal 18 hari lagi. Pemilih harus mengenal siapa calon legislation yang layak mewakili mereka. Jurnal Utara menghadirkan sosok-sosok terseleksi yang pantas menjadi pilihan rakyat. Salah satunya adalah Abdul Rasyid, ST., ME.

Abdul Rasyid, ST., ME., calon anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara dari Partai Demokrat nomor urut 2 di daerah pemilihan (dapil) Sumatera Utara 2 atau Medan B
PROFIL CALEG
H. Abdul Rasyid
Veteran aktivis gerakan reformasi 1998 ini pernah menjabat sebagai Komisioner KPU Provinsi Jambi periode 2003-2008, sebelum akhirnya berlabuh sebagai Staf Khusus Menko Perekonomian RI, Hatta Rajasa, dimana Rasyid berkeliling ke sejumlah kota di berbagai wilayah nusantara dan bahkan ke manca negara.
Selain itu, Rasyid juga memiliki pengalaman panjang di organisasi partai politik hingga saat ini menjabat sebagai Sekretaris DPP Partai Demokrat.


Rasyid adalah alumnus Fakultas Teknik di Universitas Sumatera Utara dan dilanjutkan Magister Ekonomi Pembangunan Universitas jambi

Kehidupan Rasyid sederhana dan merakyat. Baginya kepemimpinan itu mempunyai 3 unsur yaitu mimpi yang mencerahkan, keberanian dalam mengambil keputusan dan ikhlas melayani.
Hal ini menjadi motivasi beliau dalam menjalani aktivitas wakil rakyat nanti.

Sempat mengumpulkan semua golongan, aliran, kelompok, agama, berdasar kegembiraan alias sukarela menikmati kebersamaan kemanusiaan melalui “Koin Indonesia Sehat Untuk Ibu dan Anak” dalam upaya penyelamatan keluarga miskin, ini menunjukan bahwa bukan kebiasaan Rasyid, untuk memecahkan masalah dengan cara yang biasa-biasa saja.
Dengan aktif di berbagai ormas dan Lembaga Swadaya Masyarakat tingkat Nasional seperti CIDES-ICMI, HMI dan lain lain, Rasyid sering melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi atas problem masyarakat secara kreatif dan innovatif.
Tak hanya berkecimpung di kancah politik, namun Abdul Rasyid dipandang ahli dalam dunia bisnis sehingga dipercaya duduk sebagai Direktur di Pusat Pengelolaan Komplek Kemayoran (PPKK), jabatan ini melengkapi pengalamannya mengurus bisnis di level Internasional.

Anak Medan Asli
Abdul Rasyid adalah putra Asli Kota Medan, lahir dan besar di Kota Medan. Lahir dari orangtua dengan beragam campuran etnis yang ada di Sumatera Utara.
Ayahnya seorang perwira polisi yang bertugas di unit satuan Brimob Poldasu berasal dari etnis minang dan karo, sedangkan ibunda berasal dari etnis melayu dan jawa. Keberagaman etnis yang mengalir dalam darahnya cukup menggambarkan ”kesumaterautaraan”.
Sedari kecil Rasyid terdidik menghormati budaya etnis campuran dalam keluarga besarnya. Terlahir sebagai putera bungsu dari sembilan bersaudara, bukan berarti dimanja namun beliau juga mendapatkan pendidikan disiplin ala militer. Rasyid muda menikmati masa-masa remaja di SMPN 1 dan juga SMAN 1 di Medan, sekolah menengah yang memberikan banyak “aura” kecintaan pada tanah kelahirannya.
Pendidikan formalnya adalah Fakultas Teknik di Universitas Sumatera Utara dan dilanjutkan pada Magister Ekonomi Pembangunan Universitas jambi yang memperoleh kelulusan sangat ”memuaskan”. Saat ini Rasyid sedang mempertimbangkan beberapa universitas untuk mengambil program doktor, baik universitas dalam negeri juga luar negeri.
Sejak mahasiswa, Rasyid sudah terbiasa terjun langsung di masyarakat dan melakukan multi-aktivitas yang merangkum dan memadukan dinamika pendidikan politik, serta sinergi ekonomi, yang berintikan upaya penumbuhan potensialitas rakyat.
Kecintaannya pada olahraga membuat dirinya dipercaya menduduki posisi strategis di KONI, kemudian menjadi Ketua Pengurus Daerah Perserosi (Persatuan Sepatu Roda) maupun Ketua Pengurus Pusat Olahraga Tarung Derajat yang merupakan olahraga prestasi di tanah air.
Pengalaman berorganisasi mengasah kepekaan dan kepeduliannya terhadap masalah sosial dan politik di masyarakat, sekaligus mengasah penalaran wawasan kebangsaan dan nasionalismenya.
Rasyid adalah sosok yang ramah dan santun. Budaya timur menjadi landasan kehidupannya. Namun gaya “Anak Medan” yang siyap bela kawan mati-matian tak pernah bisa hilang ditelan gaya ibukota.
Ia menyadari betapa pentingnya menanamkan rasa cinta budaya yang telah diwariskan leluhur sebagai kekuatan dasar menghadapi tantangan modernisasi meluasnya budaya barat di tanah airnya. Rasyid tak pernah lupa petuah adat suku asalnya yang kemudian menjadi pedoman dalam menjalani setiap aktifitasnya, seperti;
”ingat akan tunjuk ajar, ingat akan petuah, pandai mengunut langkah yang lalu, pandai membaca jejak yang lampau, pandai mencontoh pada yang sudah, bijak membaca yang belum tiba” (melayu)