ArtikelIbadahTerbaruUmumUncategorized

Jumat Hari Mustajab Doa

Shares

Jakarta, jurnalutara.com. Dalam surat Ali Imran Allah subhanahu wata’ala berfirman, 

*هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُۥۖ قَالَ رَبِّ هَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةٗ طَيِّبَةًۖ إِنَّكَ سَمِيعُ ٱلدُّعَآءِ 

Disanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (QS. Ali Imran : 38)

Surat Ali Imran berisi sepenggal kisah tentang keluarga hebat,  yaitu keluarga Imran. Keluarga yang diberkahi oleh Allah dengan lahirnya keturunan seorang Nabi yang mulia, Nabi Isa ‘alaihissalam. Kisah ini bermula dari nazar istri Imran yang sedang mengandung. Kelak jika janin yang dikandungnya itu lahir akan berkhidmat untuk Baitul Maqdis. Kemudian lahirlah seorang bayi perempuan yang diberi nama Maryam. Darinyalah terlahir anak tanpa suami, yaitu Isa a.s.
 
Maryam tumbuh dalam didikan dan pengasuhan Zakaria, pamannya. Beliau seorang Nabi yang sangat merindukan sosok anak dari rahim istrinya. Meskipun usianya telah tua dan istrinya juga mandul. Beliau tetap bersabar dan tidak berputus asa untuk terus berdoa kepada Allah agar dikaruniai anak. 

قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ ٱلۡعَظۡمُ مِنِّي وَٱشۡتَعَلَ ٱلرَّأۡسُ شَيۡبٗا وَلَمۡ أَكُنۢ بِدُعَآئِكَ رَبِّ شَقِيّٗا

Dia (Zakaria) berkata, “Ya Tuhanku, sungguh tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya Tuhanku. (QS. Maryam : 4) 

وَإِنِّي خِفۡتُ ٱلۡمَوَٰلِيَ مِن وَرَآءِي وَكَانَتِ ٱمۡرَأَتِي عَاقِرٗا فَهَبۡ لِي مِن لَّدُنكَ وَلِيّٗا

Dan sungguh, aku khawatir terhadap kerabatku sepeninggalku, padahal istriku seorang yang mandul, maka anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu, (QS. Maryam: 5)

Kisah Zakariya didalam al-Qur’an, sejatinya mengajarkan kita arti optimisme, tidak mudah putus asa, terus-menerus berdoa dan pentingnya memanfaatkan momentum.

Hari berganti hari dilalui oleh Maryam dengan ketundukan kepada Allah di dalam Mihrab Baitul Maqdis. yang menarik dari cerita Maryam adalah setiap kali Nabi Zakaria masuk Mihrab untuk menemuinya, beliau temukan ada makanan di sisi Maryam. Terjadilah dialog yang diabadikan di dalam QS. Ali Imran ayat 37

… كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا ٱلۡمِحۡرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزۡقٗاۖ قَالَ يَٰمَرۡيَمُ أَنَّىٰ لَكِ هَٰذَاۖ قَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِندِ ٱللَّهِۖ إِنَّ ٱللَّهَ يَرۡزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ

… Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, “Wahai Maryam! Dari mana ini engkau peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “Itu dari Allah.” Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.

Setelah Zakariya tahu bahwa ini adalah sesuatu yang luar biasa, tempat itu adalah  tempat istimewa, ia adalah mihrab, bukan sembarang mihrab, maka Hunalika da’a Zakaria Rabbah.

Di situlah Zakariya mengangkat tangannya berdoa. Di sanalah Zakariya tumpah ruahkan asanya. Di tempat itulah Zakariya melayangkan pintanya kepada Tuhannya Maryam, Allah Yang Maha Pemurah. Di tempat itu Zakariya mohon agar Allah mengaruniakannya anak. Sesuatu yang selama ini membuatnya bersabar sangat lama.

Dan hasilnya, Allah karuniai Zakariya seorang putra. Bukan sembarang putra. Anak yang shaleh. Bukan hanya sekedar anak saleh, bahkan kelak dia menjadi Nabi, seperti abahnya. Nabi Yahya a.s.
 
Para ulama tafsir, seperti Ibnu ‘Asyur dalam at-Tahrir wat Tanwir menjelaskan bahwa setiap jiwa yang suci senantiasa memanfaatkan momentum yang dia temukan dengan sebaik mungkin. 

Momentum itu bisa berkaitan dengan waktu, tempat, atau keadaan. Oleh karena itulah, kita menjumpai orang-orang saleh, baik dulu dan kini, mencari tempat-tempat mulia dan waktu-waktu istimewa untuk mereka manfaatkan dengan memperbanyak doa dalam meraih kebahagiaan sejati.

Hunalika da’aa zakariya Rabbahu adalah pelajaran tentang arti momentum. Pesan tentang bergegas mengambil manfaat dari suatu peluang. Agar kita tidak menyia-nyiakan kesempatan. 

Hari Jum’at adalah hari mustajab untuk berdoa. Ada tiga pendapat terkuat dalam kaitannya dengan waktu mustajabnya doa di hari Jum’at. Pertama, adalah sepanjang waktu di hari Jum’at. Dimulai dari adzan maghrib di malam Jum’at sampai dengan adzan Maghrib di malam Sabtu. 
Kedua, waktu diantara dua Khutbah ketika khatib berkhutbah. 
Ketiga, waktu diantara Ashar dan Maghrib di hari Jum’at. 

Lebih dahsyatnya lagi hari Jumat ini berada di bulan yang mulia Bulan Ramadhan. Kita berharap di juma’at hari ini, dan juma’at berikutnya adalah Momentum untuk terkabulnya segala hajat di dunia dan segala hajat di akhirat dengan banyak berdoa. 

Bagi manusia mungkin hajat kita susah diwujudkan, karena  kemampuan manusia memang terbatas. Tapi tidak mustahil bagi Allah untuk mewujudkannya, karena kemampuan Allah tidak terbatas. Tinggalkan berharap kepada manusia. Berharaplah kepada Allah!

Hunalika da’a Zakariya Rabbahu.***Kahar

Tulisan : Dr. Samsul Basri
(Da’i Muda dan Dosen Studi Islam Universitas Ibn Khaldun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Shares

Masuk

Daftar

Setel Ulang Kata Sandi

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email, anda akan menerima tautan untuk membuat kata sandi baru melalui email.